Kamis, 09 Juli 2015

struktur konstruksi dan sistem bangunan (sksb)





Konstruksi Bangunan terdiri dari dua suku kata yaitu konstruksi (construction) yang berarti membangun, sedangkan bangunan yang berarti suatu benda yang dibangun atau didirikan untuk kepentingan manusia dengan tujuan, biaya dan waktu tertentu. Konstruksi bangunan berarti suatu cara atau teknik membuat/mendirikan bangunan agar memenuhi syarat kuat, awet, indah, fungsional dan ekonomis.

struktur berarti benda sedangkan konstruksi berarti teknik atau cara membuat (rekayasa).

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupunprasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal, Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan. contoh lain: Konstruksi Jalan Raya, Konstruksi Jembatan, Konstruksi Kapal, dan lain lain.

Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah, dan lain sebagainya) Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi olehmanajer proyek, insinyur disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepadamandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.



Bangunan dikelompokkan kedalam 4 kelompok yaitu:

1). Bangunan Gedung yaitu: kantor, rumah sakit, hotel, rumah dan lain-lain.

2) Bangunan Transportasi yaitu: jalan, jembatan, rel kereta api, terminal, pelabuhan,

lapangan terbang dan sebagainya.

3) Bangunan Air yaitu: bendungan, saluran irigasi, saluran drainase, bangunan bagi, gorong-

gorong dan sebagainya.

4) Bangunan khusus yaitu: anjungan lepas pantai, menara jaringan listrik tegangan tinggi,

menara pemancar radio, TV dan sebagainya.

Secara umum konstruksi bangunan harus memenuhi 5 syarat yaitu:

1. Kuat dan awet, dalam arti tidak mudah rusak sehingga biaya pemeliharaan relatip

menjadi murah.

2. Fungsional, dalam arti bentuk, ukuran dan organisasi ruangan mememihi kebutuhan

sesuai dengan fungsinya.

3. Indah, dalam arti bentuknya enak dipandang mata .

4. Hygienis, dalam arti sirkulasi udara dan cahayanya cukup sehingga penghuninya merasa

nyaman dan sehat.

5. Ekonomis, dalam arti tidak terdapat pemborosan sehingga pembiayaan menjadi relatif

efisien dan efektif.





· Sistem Bangunan

Sebuah sistem dapat didefinisikan sebagai suatu susunan bagian-bagian yang saling berhubungan atau saling tergantung satu sama lain yang membentuk sebuah kesatuan kompleks dan berlaku untuk satu fungsi. Sebuah bangunan dapat diartikan sebagai wujud fisik dari beberapa sistem dan subsistem yang saling berhubungan, terkoordinasi, terintegrasi satu sama lain sekaligus dengan wujud tiga dimensinya, serta organisasi spasialnya secara utuh.

· Sistem Struktural

Sistem struktural sebuah bangunan dirancang dan dikonstruksi untuk dapat menyokong dan menyalurkan gaya gravitasi dan beban lateral ke tanah dengan aman tanpa melampaui beban yang diizinkan atau yang dapat ditanggung oleh bagian­-bagian sistem struktur itu sendiri.

a) Substruktur atau struktur bawah: adalah struktur dasar yang membentuk fondasi sebuah

bangunan.

b) Struktur: berupa kolom, balok, dan dinding penopang menyokong struktur lantai dan

atap.

c) Superstruktur atau struktur atas: adalah perpanjangan vertikal bangunan di atas fondasi.

Dari elemen-elemen bangunan tersebut diatas, selanjutnya dapat disusun sedemikian sehingga sesuai dengan fungsinya masing-masing dan seefisien mungkin, karena elemen yang satu terhadap yang lain saling berkaitan menjadi satu kesatuan yaitu yang disebut gedung atau rumah.

· Sistem Selubung

Sistem selubung merupakan cangkang atau selimut bangunan yang terdiri dari atap, dinding eksterior, jendela, dan pintu.

ü Atap dan dinding eksterior melindungi ruang­-ruang interior dari cuaca, mengkontrol

kelembaban, panas, dan aliran udara dengan susunan lapisan komponen konstruksi.

ü Dinding eksterior dan atap juga meredam kebisingan, serta memberikan keamanan dan

privasi bagi penghuni bangunan.

ü Pintu memberikan akses fisik.

ü Jendela memberikan akses terhadap cahaya, udara, dan pemandangan.

ü Dinding interior dan partisi membagi ruang interior bangunan menjadi satuan ruang-

ruang yang lebih kecil.



· Sistem Mekanikal

Sistem mekanikal bangunan memberikan pelayanan yang penting bagi bangunan, diantaranya:

aa Sistem pasokan air menyediakan air untuk konsumsi dan sanitasi penghuni.

bb Sistem pembuangan air membuang limbah cair dan zat organik ke luar bangunan.

cc Sistem pemanas, ventilasi, dan AC (air ­conditioning) mengkondisikan keadaan ruang

interior untuk kenyamanan penghuni.

dd Sistem elektrikal mengendalikan, mengukur, melindungi sumber daya listrik bangunan

dan men­distribusikannya dengan aman untuk memenuhi kebutuhan

ee. Sistem penerangan, keamanan, dan komunikasi Sistem transportasi vertikal (lift) membawa crane dan barang dari satu lantai ke lantai lain dalam bangunan bertingkat sedang Ban tinggi.

f. Sistem kebakaran mendeteksi dan memadamkan api.

gf. Struktur bangunan bertingkat tinggi mungkin memerlukan sistem pembuangan limbah

serta sistem daur ulang.










Gb.kontruksi rumah dari kayu







Gb.kontruksi rumah dari baja



2. Jenis-jenis Bangunan

Bangunan sebagai suatu benda hasil karya orang umumnya besar dan mempunyai bobot yang tinggi serta dikerjakan oleh orang banyak. Mengingat banyaknya macam bangunan dalam bidang teknik, maka dapat dibedakan menjadi jenis-jenis sebagai berikut :

aA. Bangunan kering, yang diantaranya adalah gedung, rumah, jalan, pabrik, tempat ibadah , dan

lain-lain.

bB. Bangunan basah, yang diantaranya adalah saluran air, menara air, dermaga, pelabuhan, bendungan, saluran irigasi dan lain sebagainya.Mengingat ruang lingkup dan jenis bangunan yang cukup luas, maka dalam materi ini hanya akan dibahas ilmu bangunan gedung saja.



3. Bagian-bagian Bangunan Gedung

Setiap bangunan merupakan susunan sesuatu yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya agar mendapatkan konstruksi yang stabil.

Ditinjau dari sisi susunannya, bagunan gedung dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu sebagai berikut:

1.3.1. Bagian bawah

Yaitu bagian-bagian bangunan yang terletak dibawah permukaan lantai atau bagian bangunan yang ada di dalam tanah, seperti balok beton (sloof), kolom beton dan pondasi. Bangunan bagian bawah ini berfungsi untuk menahan semua beban bangunan yang berada diatasnya termasuk beratnya sendiri.

1.3.2. Bagian tengah

Yaitu bagian-bagian bangunan yang terletak diatas balok beton (sloof), seperti dinding, pintu

dan jendela.

1.3.3. Bagian atas

Yaitu bagian-bagian bangunan yang terletak diatas dinding (pasangan bata), seperti plafond,

balok cincin (ring balk), rangka atap dan penutup atap.



Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur.

Untuk melindungi suatu ruang terhadap iklim dan bahaya –bahaya yang ditimbulkan oleh alam.

Menyalurkan beban ke dalam tanah

Struktur adalah sebuah sistem, artinya gabungan atau rangkaian dari berbagai macam elemen-elemen yang dirakit sedemikian rupa hingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

Beban dibedakan dalam beberapa arti :

Beban Gravitasi : Tegak Lurus Kebumi, vertikal ke bumi, beban yang secara alami dimiliki oleh

setiap benda di muka bumi.
Beban Lateral atau Horizontal :Tegak Lurus terhadap beban gravitasi atau mendatar relatif

sejajar permukaan bumi.
Pembagian beban berdasarkan sebabnya :


1. Beban yang disebabkan Alam (Geofisika)
Arus dan Gelombang air, geothermal-uap dan gas, angin, gempa tektonik dan vulkanik, hujan,

salju, dsb.
2. Beban yang disebabkan Buatan Manusia (Man Made)
getaran kendaraan, suara buatan, ledakan bom, nuklir, benturan, pukulan, dsb.Perbedaan beban hidup dan beban mati

Beban Mati

1 Berat Sendiri – Struktur dan Seisinya

2 Sifatnya Permanen – Tetap, Statik

3 Beban mati dapat dihitung dengan akurat – material dan komponennya jelas.

Contoh : Struktur dinding, lantai, atap, plafon, perlengkapan Sistem Mekanikal Elektrikal

Beban Hidup

4 Salju, Air hujan, Es

5 Tekanan Air,Tanah, dan Air Tanah

6 Beban Angin

Beban Gempa ;

7 Pergeseran pada Patahan/plate

8 Tanah Longsor, Tanah Turun pada lapisan bawah

9 Tsunami

10 Beban Termis – Panas, Memuai dan Pemuaian

11 Beban Ledakan – Nuklir, Super Sonic

12 Sifatnya Berubah atau Temporari atau Semi Permanen

13 Beban Hidup terkadang sukar diprekdiksi arah dan besarnya

14 Besaran dapat berubah menurut Waktu dan Tempat

15 Beban Hidup dapat bekerja secara Statik ataupun Dinamik

Contoh :Orang, Perabot Interior-Furnitur, Dinding Partisi, Sebagian Perlengkapan Mekanikal (tangki air, pipa, dll).

Konsep dasar sistem struktur :
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih dan mendisain struktur adalah
Pola Geometrikbentuk geometrik diperlukan untuk kemudahan dalam hal ;a. organisasi fungsi ruang,b. visual,c. stabilitas,

d.distribusi beban.

Pola dan Koordinasi Modul
untuk memudahkan dalam mendisain, pelaksanaan lapangan dan perhitungan-perhitungan sruktur

16 Modul Perencanaan (Ruang/Arsitektural)

17 Modul Struktur

18 Modul Bahan/Material

19 Modul Utilitas

20 Modul Perlengkapan Furnitur

Pola Struktur

21 Pola/Modul Grid, garis-garis kotak lurus

22 Pola Radial/Memusat

23 Pola Abstrak/tidak berbentuk

24 Pola Gabungan

Elemen – elemen dasar struktur :

Struktur Vertikal ;
a.Kolom Murni ; perletakan kolom (Lihat Lampiran Gambar)

b.Letak kolom dengan pengulangan secara merata
c.Letak kolom ditepi,
d.Ditepi dan ditengah
e Letak kolom terpusat
f Dinding Murni ; Lihat Lampiran Gambar)
g Dinding Lurus/Linear
h Dinding Siku/Tekuk
i Dinding Core Terbuka
j Dinding Core Tertutup
k Gabungan/Kombinasi
l Kombinasi antara kolom, dinding-dinding
m. Dapat diletakkan tegak, miring atu kurva

Elemen Struktur Horizontal ;

25 Plat Lantai ; (Lihat Lampiran Gambar)

26 Plat Beton Slab (Solid)

27 Plat Wafel

28 Plat Komposit (Steel Deck - Bondex)

29 Plat Berongga (Hollow-core concrete slabs)

30 Atap Datar

31 Dak Beton

32 Steel Deck

33 Komposit/Kombinasi

34 Balok-Balok ; (Lihat Lampiran Gambar)

35 Balok Paralel; satu arah (oneway) dan dua arah (two way system)

36 Balok dengan susunan Radial

37 Balok dengan susunan Diagonal

38 Balok dengan susunan Kombinasi (Hibrid)


Elemen Dasar Struktur menurut Bentuk Geometrik
a.Elemen Garis Lurus (Balok dan Kolom) – merupakan elemen struktur satu dimensi.
b.Elemen Bidang Datar (Flat Surface Structure/Slab)
c.Elemen Lipat/Patah dan Lipat Kurva ( “Folded and Curved Line“)
d.Elemen Dinding Lengkung dan Dinding Miring
e.Elemen Permukaan Lengkung (“Curved Surface“)

Sistem Struktur Penahan Beban Lateral
Pada dasarnya untuk menahan beban vertikal ; kolom struktur dan sistem pondasi adalah yang utama.
Dasar untuk menahan beban lateral/horizontal dapat dipecahkan dengan cara ;
o Membuat sambungan jepit sempurna (rigid frame) pada sistem struktur rangka ;
o Mendisain sambungan jepit sempurna pada bagian kolom dengan sistem pondasi/tanah.
o Mendisain sambungan jepit sempurna pada kolom dan balok, baik sebagian maupun keseluruhan

sistem portal.
o Menggunakan ikatan diagonal (bracing) pada struktur rangka.
o Menggunakan dinding panel (dinding geser/“shear wall“) pada sistem struktur rangka atau dinding

geser murni (menerus)
o Menggunakan Kombinasi dari ketiga sistem diatas

Sistem Struktur Portal (Single-Storey Skeleton Structure)

Elemen dasar struktur portal adalah berupa elemen batang yang disusun/dirakit sedemikian rupa menjadi “Balok dan Kolom” (“Post and Lintel/Beam”). Elemen Batang disebut juga sebagai elemen garis /satu dimensi.

Hubungan Sistem Rangka dapat dibentuk atas dasar :
o Susunan rangka dengan ikatan jepit sempurna/hubungan kaku (“rigid”)antara elemen-elemen

batang yang tersusun.
o Susunan rangka dengan ikatan sendi/engsel (“pin”, “hinge”) dengan konsep dasar susunan berupa

‘truss”segi tiga.
o Susunan kombinasi keduanya

Sistem portal dapat disusun satu buah (“single”) atau multi level(“multibay”-bersusun dengan mengulangan). Sistem rangka dapat disusun dan dikembangkan dengan arah susunan ;n Paraleln Radial, dengan cara dirotasin Bentuk-bentuk susunan bebas

KOMPUTER GRAFIS

membuat denah SPA melalui autocad


site : kapling perumahan permata ngijo,gunungpati-semarang.
contoh lain : http://www.4shared.com/web/preview/pdf/xfmlMhzKba?
download gambar kerja autocad DWG : http://www.4shared.com/download/r9neFxNIce/KARISMA_RIDOI_KETAREN_51124140.dwg?lgfp=1000

Pengaturan Awal Sebelum memulai menggambarnya, hendaknya mengatur area gambar dan satuan ukuran yang digunakan sebagai berikut :
1. Atur Satuan ukuran menjadi meter melalui :
- Pilih menu format
- Pilih menu unit
- Pilih satuan ukuran meter
2. Atur area gambar dengan mengetikkan perintah Limits dan pada perintah "Upper right corner" ketik 12,15
3. Ketik perintah Grid dan ketikkan angka 1 untuk mengatur jarak antar titik adalah 1 meter
4. Atur area gambar agar ditengah layar dengan mengetikkan perintah Zoom dan ketik huruf A (all)
5. Gunakan perintah Dimension untuk melihat ukuran sementar untuk membantu dalam menggambar



Langkah-langkah
Ini adalah langkah-langkah Trik membuat denah rumah unik di AutoCAD 2007

yaitu :
1. Untuk membuat dinding ketik :
- ML (multiline)
- Ketik S (scale) dan ketikkan 0.15
- Ketik J (justification) dan ketik Z (zero)
2. Ubahlah model garis double (multiline) tersebut menjadi ungroup dengan menggunakan explode
3. Sambunglah garis dinding dengan menggunakan perintah Extend untuk membuat batas kamar dan lainnya
4. Gunakan perintah Trim untuk memotong garis yang tidak diperlukan
5. Gunakan perintah Offset untuk menyalin garis double
6. Buat kotak dengan rectangle untuk membuat kusen pintu dan jendela
7. Gunakan perintah Arc untuk membuat garis lengkung pada pintu
8. Copylah pintu dan kusen ke bagian lain yang ukurannya pintunya sama
9. Gunakan perintah Rotate dan mirror untuk menempatkan pintu dan kusen sesuai tempatnya
10. Gunakan perintah Hatch untuk menambahkan arsiran pada dinding
11. Gunakan perintah Multiline Text untuk menambahkan teks pada gambar

ARSITEKTUR VERNAKULER


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman budaya, hal ini pun berpengaruh pada Bentuk dan ragam hunian atau rumah tinggal pada tiap daerah yang berbeda yang karakteristiknya pun menyesuaikan kebutuhan pemiliknya serta lingkungan masyarakat dan alam sekitar. Karena itulah banyak sekali ragam Rumah tinggal Adat Tradisional Daerah yang dimiliki oleh Indonesia.

Akan tetapi dewasa ini kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia semakin berkurang jumlahnya dan terancam kepunahannya, termasuk rumah Adat Tradisional Daerah. Modernisasi dan Globalisasi yang pesat berkembang saat ini, kurangnya perhatian masyarakat dan Pemerintah akan pelestarian Rumah Adat Tradisional, mendorong makin mudahnya bangunan adat tradisional tersingkirkan oleh bangunan-bangunan masa kini.

Salah satu contohnya yang terjadi adalah pada Rumah Adat Tradisional Kudus yang saat ini keberadaannya di Kudus sangat sulit ditemukan dan terancam kepunahannya.

Untuk itu dalam laporan mengenai studi tentang rumah adat tradisional di Indonesia ini kami memutuskan untuk membahas dan mempelajari Rumah Adat Tradisional Kudus melalui pengamatan dan survei secara langsung, yang juga kami harapkan laporan ini dapat menjadi sebuah hasil laporan yang juga dapat ikut melastarikan keilmuan mengenai rumah adat tradisional di Indonesia.



1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari pengamatan dari Rumah Adat Tradisional Kudus ini adalah sebagai berikut

· Mengamati dan mempelajari secara langsung mengenai karakteristik Rumah Adat Tradisional Kudus

· Mempelajari filosofi dan kearifan lokal yang terkandung pada Rumah adat Tradisional Kudus

· Mengenali Ragam hias dan bentuk, konstruksi serta ciri khas yang dimiliki Rumah Adat Tradisional Kudus

Tujuan dari perencanaan dan perancangan Rumah Tinggal tersebutadalah sebagai berikut :

· Pelaku Survei dan Pengamatan memahami betul mengenai Rumh Adat Tradisional Kudus, Baik dari segi konstruksi maupun ragam hiasnya



1.3 Sasaran



Karya tulis ini ditujukan untuk mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Arsitektur Vernakuler serta masyarakat umum.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Rumah tradisional memiliki pengertian sebagai suatu bangunan yang mempunyaistruktur, cara pembuatan, bentuk, fungsi, dan ragam hiasnya memilki ciri khas tersendiri, yang diwariskan secara turun - temurun, serta dapat dipakai oleh penduduk daerah setempat untuk melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya (Said, 2004: 47). Kata ”tradisi”mengandung arti suatu kebiasan yang dilakukan dengan cara yang sama oleh beberapa generasi tanpa atau sedikit sekali mengalami perubahan-perubahan1. Dengan kata lain, tradisi berarti suatu kebiasaan yang sudah menjadi adat dan membudaya. Dengan demikian, istilah ”rumah tradisional” dapat diartikan sebuah rumah yang dibangun dan digunakan dengan cara yang sama sejak beberapa generasi. Istilah lain untuk membedakan rumah tradisonal dengan rumah biasa, adalahrumah adat atau rumah asli atau rumah rakyat (Said, 2004: 48).

Bagi masyarakat tradisional, rumah dibangun/didirikan, dihuni, dan dipergunakan, bukan sekedar untuk mewadahi kegiatan fisik belaka, yang hanya mempertimbangkan segi kegunaan praktis, seperti untuk tidur, bekerja, dan membina keluarga. Bagi mereka rumah merupakan ungkapan alam khayal dalam wujud nyata yang mewakili alam semesta, sertaadanya bayangan dan mitos terhadap sesuatu (dewa-dewa) yang memiliki kekuatan atau kekuasaan yang mengatur alam ini sudah meliputi alam pikirannya. Oleh karena itu, membangun sebuah rumah berarti menciptakan sebuah ”alam kecil” di alam semesta, sehingga dianggap memulai hidup baru (Said, 2004: 49)


BAB III

HASIL PENGAMATAN



3.1 Letak Geografis Kota Kudus

Kabupaten Kudus (bahasa Jawa: Hanacaraka ; LatinKudus) adalah sebuah kabupaten di ProvinsiJawa Tengah. Ibukota kabupaten ini adalah Kota Kudus, terletak di jalur pantai timur laut Jawa Tengah antara Kota Semarang dan Kota Surabaya. Kota ini bertempat 51 km dari timur Kota Semarang.

Kabupaten Kudus berbatasan dengan Kabupaten Pati di timur, KabupatenGrobogan dan Kabupaten Demak di selatan, serta Kabupaten Jepara di barat. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokokkretekterbesar di Jawa Tengah. Selain itu Kudus juga dikenal sebagai kota santri. Kota ini adalah pusat perkembangan agama Islam pada abad pertengahan. Hal ini dapat dilihat dari beradanya tiga makamwali/sunan, yaitu Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Kedu.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Kudus adalah dataran rendah. Di sebagian wilayah utara terdapat pegunungan (yaitu Gunung Muria), dengan puncak Gunung Saptorenggo (1.602 m dpl), Gunung Rahtawu(1.522 m dpl), dan Gunung Argojembangan (1.410 m dpl). Sungai terbesar adalah Sungai Serang yang mengalir di sebelah barat, membatasi Kabupaten Kudus dengan Kabupaten Demak. Kudus dibelah olehSungai Gelis di bagian tengah sehingga terdapat istilah Kudus Barat dan Kudus Timur.

Kabupaten Kudus terdiri atas 9 kecamatan, yang dibagi lagi atas 123 desa dan 9 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Kota Kudus. Kudus adalah kabupaten dengan wilayah terkecil dan jumlah kecamatan paling sedikit di Jawa Tengah,sehingga seharusnya menjadi Kota bukan Kabupaten. Kabupaten Kudus terbagi menjadi 3 wilayah pembantu bupati (kawedanan), yaitu: (1) Kawedanan Kota (Kec. Kota Kudus, Jati dan Undaan). (2) Kawedanan Cendono (Kec. Bae, Dawe, Gebog dan Kaliwungu). (3) Kawedanan Tenggeles (Kec. Mejobo dan Jekulo).Rencana kedepan,akan ada kecamatan baru yaitu Kecamatan Kota Kudus Barat,Kota Kudus Timur dan Kecamatan Muria yang merupakan pemecahan dari Kecamatan Dawe. Sedangkan untuk Kecamatan Jekulo, akan dipersiapkan sebagai Ibukota Kabupaten Kudus, untuk Kota Kudus tetap beribukota di Kota Kudus.

Perkembangan perekonomian di kudus tidak lepas dari pengaruh perindustrian. Beberapa perusahaan industri besar yang ada di Kudus adalah PT. Djarum (Industri Rokok), Petra, PR. Sukun (Industri Rokok), PT.Nojorono, PT. Hartono Istana Teknologi (d/h Polytron - Industri Elektronik), PT. Pura Barutama (Industri Kertas & Percetakan). Selain itu Kudus juga memiliki ribuan perusahaan industri kecil dan menengah.



3.2 Sejarah

Kudus merupakan sebuah kota di propinsi Jawa Tengah, Indonesia, yang terletak diantara daerah-daerah Jepara, Demak, Pati dan Purwodadi serta dijalur perjalanan dari Semarang ibukota Jawa Tengah menuju ke arah Surabaya. Menurut cerita, nama Kudus berasal dari kata Al-Quds, yang berarti kesucian. Riwayat kota Kudus tidak bisa terlepas dari nama Sunan Kudus sebagai pendirinya yang merupakan salah satu dari Wali Sanga penyebar agama Islam di tanah Jawa pada waktu itu. Sebagai peninggalannya, Kudus memiliki sebuah artefak yang terkenal yaitu Menara Kudus yang berbentuk seperti candi serta Masjid Menara Kudus yang dibangun oleh Sunan Kudus pada sekitar tahun 1685 M. Kecuali terkenal sebagai kota wali, karena di wilayah Kudus juga dikenal adanya Sunan Muria, Kudus juga terkenal sebagai kota kretek karena banyaknya pengusaha rokok kretek di daerah tersebut serta bisa juga disebut sebagai kota industri disebabkan oleh berkembang pesatnya industri di daerah tersebut seperti industri rokok, kertas, cetak-mencetak, kerajinan, bordir, makanan, dan lain-lain.



Kali Gelis yang mengalir di tengah-tengah kota Kudus membagi wilayah Kudus menjadi dua bagian sehingga terdapat dua penyebutan nama untuk dua bagian wilayah tersebut yakni Kudus Kulon (barat) dan Kudus Wetan (timur). Pada zaman dahulu menurut cerita, wilayah Kudus Kulon, didiami oleh para pengusaha, pedagang, petani, dan ulama, sedangkan Kudus Wetan dihuni oleh para priyayi, cendekiawan, guru-guru, bangsawan, dan kaum ningrat. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, secara fisik ternyata wilayah Kudus Kulon yang mayoritas penduduknya merupakan para pengusaha dan pedagang tampak lebih maju jika dibandingkan dengan Kudus Wetan.

Dengan peningkatan dalam segi finansial, mereka membangun rumah-rumah adat yang penuh dengan ukir-ukiran yang membedakannya dengan rumah-rumah adat sebelumnya. Itulah sebabnya bangunan rumah adat yang indah-indah yang belakangan disebut sebagai Rumah Adat Kudus hanya terdapat di wilayah Kudus Kulon. Pada awalnya rumah-rumah adat tersebut hanya dimiliki oleh pedagang Cina Islam, tetapi kemudian ditiru dan dikembangkan oleh pedagang-pedagang pribumi yang berhasil. Rumah adat Kudus yang sebagian besar dibangun sebelum tahun 1810 M, pernah mengalami masa kejayaannya dan menjadi simbul kemewahan bagi pemiliknya pada waktu itu. Lingkungan wilayah Kudus Kulon terbentuk dengan ciri keberadaan rumah adat tradisional Kudus tersebut.



Pada kenyataannya, sejarah perkembangan Kudus banyak dipengaruhi oleh kebudayaan asing seperti Hindu, Cina, Persia (Islam) dan Eropa yang masuk ke kawasan Kudus dalam waktu yang cukup panjang. Kebudayaan-kebudayaan asing tersebut juga mempengaruhi bidang arsitektur pembuatan rumah adat di daerah Kudus. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa motif mewarnai ukiran rumah adat Kudus. Diantaranya motif Cina yang diwujudkan dalam bentuk ular naga, motif Persia atau Islam yang berupa bunga melati maupun motif khas Kudus yang berupa bunga teratai dan motif kolonial dalam bentuk sulur-suluran, mahkota, bejana, dan binatang. Semua motif yang ada itu erat kaitannya dengan pengaruh budaya yang masuk ke Kudus.

Seni ukir Kudus banyak didominasi oleh bunga teratai untuk memaknai agama Hindu. Sunan Kudus memperkenalkan seni ukir yang didominasi oleh bunga melati yang satu sama lain saling berhubungan. Makna melati adalah untuk menggambarkan bahwa agama Islam yang kala itu masih sedikit pengikutnya adalah seperti melati yaitu kendati kecil, mampu memberikan keharuman disekitarnya. Melati dibuat saling berhubungan yang dimaksud adalah agar semua orang disekitarnya dapat hidup rukun walaupun berbeda agama.



Dalam perkembangan pembuatan Rumah Adat Kudus, pengaruh unsur-unsur kebudayaan sangat kental memaknai bentuk dan fungsi dari masing-masing bagiannya



3.3 Karakteristik Rumah Adat Kudus

Rumah adat kudus merupakan salah satu rumah tradisional yang terbentuk sebagai akibat endapan evolusi kebudayaan manusia yang memiliki proses akulturasi secara terus-menerus dan terbentuk karena daya cipta manusia pendukungnya. Hasilnya adalah sebuah arsitektur rumah tinggal yang sangat indah sarat dengan makna dan filosofi-filosofi kultural yang tidak terdapat di daerah lain. Konon katanya rumah adat kudus memang merupakan akulturasi dari kebudayaan hindu-budha dan islam ditambah dengan ukiran-ukiran khas kudus.

Arsitektur rumah tradisional Kudus merupakan salah satu fariasi rumah tradisional Jawa yang pernah berkembang pesat pada masa kejayaan perekonomian masyarakat kudus lama. Saat ini kondisi rumah adat ini sangat memprihatinkan.Kabar terakhir rumah adat yang masih lengkap tinggal satu buah di Kudus (Kompas 30 Desember 2006). Ratusan rumah adat yang lain telah dijual ke berbagai kota dan negara karena bagi waris

A. Bentuk Bangunan

Kami melakukan survei pada bangunan Adat Tradisional Kudus di sekeliling museum kretek, meskipun tataletak penuh bagiannya tidak lengkap dari luar namun karakteristik dan citi bangunan Rumah Adat Trdaisional dapat kami pelajari disana. Bentuk Rumah Adat Kudus adalah “Joglo-Pencu” yang berpenampilan perkasa serta anggun.Hal ini melambangkan bentuk fisik penghuninya yang tampan, gagah serta perkasa. Sedangkan penghuni rumah tersebut dilambangkan sebagai Sang Sukma, yang menyatu mengisi, merawat, memelihara serta menjaga rumahnya sendiri dengan sebaik-baiknya.Rumah Joglo pencu yang tampak menjulang tinggi menggapai langit, melambangkan tingginya kuasa Yang Maha Agung atas manusia. Oleh karena itu penghuninya harus selalu ingat serta taqwa terhadap Allah SWT demi keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.

a) Bagian Atas/Atap.

Atap rumah adat dibuat dari genteng. Sedangkan diatas genteng bertengger gendeng, yang pada umumnya kepala gendeng bermotif tumbuh-tumbuhan (salur-saluran) sebagai ciri budaya Islam.

Ada beberapa jenis gendeng yaitu :

a. Gendeng Wedok (gelung cekak)

b. Gendeng Gajah (gendeng pendamping dibubungan atap)

c. Gendeng Raja (gendeng tengah pada bubungan atap)

Pada puncak atap bertengger gendeng raja dengan motif tumbuh-tumbuhan yang melambangkan bahwa manusia hidup wajjib berlindung dan memohon perlindungan kepada penguasa (di dunia) dan Allah SWT (di dunia dan akhirat).



b) Landasan Fisik

Fisik bangunan Rumah Adat Kudus berdiri di atas landasan/alas yang terdiri dari 5 (lima) trap diatas permukaan tanah, yaitu :

1. Bancik kapisan (trap terbawah).

2. Bancik kapindho (trap kedua dari bawah).

3. Bancik ketelu (trap ketiga dari bawah).

4. Jogan Jogosatru (trap lantai ruang depan).

5. Jogan Lebet (trap lantai ruang dalam).

Kelima landasan berdirinya lantai rumah, mengarahkan kepada penghuninya agar taat melaksanakan 5 (lima) rukun Islam, demi kebahagiaan di dunia dan akhirat.



B. Struktur Konstruksi Bangunan

. Rumah adat Kudus dibuat dari kayu dengan konstruksi knock down sehingga memungkinkan dibongkar pasang dan dipindah ke tempat lain tanpa merusak fisik bangunannya. Peninggalan budaya yang sangat berharga ini mungkin tidak lama lagi akan hilang tanpa bekas kalau tidak ada perhatian serta apresiasi terhadapnya. Salah satu cara mengapresiasi adalah dengan mengenal lebih dalam arsitektur rumah adat kudus. Salah satu bagian yang unik adari rumah tradisional Kudus adalah konstruksi bangunannya.

KONSEP BANGUNAN TRADISIONAL JAWA Rumah merupakan manifestasi dari kesatuan makrokosmos dan mikrokosmos serta pandangan hidup masyarakat Jawa.Pembagian ruangan pada bangunan Jawa didasarkan atas klasifikasi simbolik yang diantaranya berdasarkan dua dua kategori yang berlawanan atau saling melengkapi yang oleh Tjahjono (1990) disebut sebagai dualitas (duality).Selain itu ada pemusatan (centralitas) dalam tata ruang bangunan.Rumah Jawa yang ideal paling tidak terdiri dari dua atau tiga unit bangunan, yakni pendopo (ruang untuk pertemuan), pringgitan (ruang untuk pertunjukan) dan dalem (ruang inti keluarga).Dalem dibedakan menjadi bagian luar yang disebut dengan emperan serta bagian dalam yang tertutup dinding. Bagian dalam terdiri dari dua bagian (depan dan belakang) atau tiga bagian (depan, tengah dan belakang). Bagian belakang terdiri atas sentong kiwo, sentong tengen serta sentong tengah.Orientasi bangunan adalah arah selatan. Bangunan Tradisional Jawa menurut Dakung (1987) dibedakan menjadi lima klasifikasi menurut bentuk atapnya, yaitu: atap Panggang Pe, atap Kampung, atap Limasan,.Atap Joglo dan atap Tajug.Dari klasifikasi tersebut terdapat hirarki kesempurnaan atau keutamaan dilihat dari kompleksitas strukturnya, teknik pengerjaannya, jumlah material bangunan, biaya serta tenaga yang digunakan.Menurut Tjahjono perbedaan bentuk pada rumah Jawa menunjukkan status social, sedangkan persamaan dalam susunan ruang menandakan adanya pandangan hidup yang diwujudkan melalui aturan-aturan dalam kehidupan rumah tangga.

KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL KUDUS Rumah tradisional kudus bukan merupakan bangunan tunggal tetapi kesatuan dari beberapa bangunan yang berfungsi untuk tempat tinggal serta tempat melakukan aktifitas sehari-hari di rumah, termasuk berdagang atau tempat produksi dari industri rumah tangga. Pola tata bangunan terdiri dari bangunan utama atau dalem, jogosatru di depan serta pawon di samping. Halaman terletak ditengah tapak, diseberang halaman terdapat kamar mandi, serta sisir.Regol terletak di samping halaman.Halaman merupakan unsur yang penting dan selalu ada, halaman mengikat ruang-ruang di sekitarnya menjadi satu kesatuan rumah.Memisahkan bangunan utama yang prifat dengan sumur dan sisir yang merupakan daerah serfis.Menjadi perantara daerah luar dan daerah dalam. Bentuk bangunan tradisional kudus terdiri dari bagian kepala, badan dan kaki. Bagian kepala bangunan pada masing-masing unit bangunan berbeda . Dalem beratap joglo tinggi atau biasa disebut dengan pencu, jogosatru beratap panggang pe (sosoran), Pawon beratap kampung dengan sosoran dobagian depan atau disebut dengan atap kampung gajah ngombe. Sosoran ini menggabungkan dalem, pawon dan jogosatru.Kamar mandi beratap kampung atau panggang pe sedangkan sisir beratap kampung.Regol beratap kampung atau limasan.Beberapa fariasi bentuk atap dijumpai pada bangunan.Dalem pada umumnya beratap pencu, namun juga ada yang beratap limasan, kampung atau kampung dorogepak.Dijumpai pula atap pawon yang menyatu dengan dalem membentuk atap yang memanjang berbentuk limasan atau kampung.Bagian badan bangunan ditandai dengan adanya 3 pintu pada jogosatru serta satu pintu pada pawon.Pintu utama jogosatru terletak di tengah, berupa pintu inep berdaun dua. Dua buah pintu yang lain mengapit pintu utama, berlapis dua. Pintu dalam berupa gebyog yang bisa digeser, pintu luar berupa pintu sorong kerawangan setengah dinding.Pintu pawon rangkap dua sebagaimana pintu pengapit pada jogosatru. Jendela jarang terdapat pada bagian depan. Kalau ada berupa sepasang jendela kecil berjeruji pada dinding gebyog.Kaki bangunan berupa pondasi atau bebatur yang berudak-undak.Peil lantai bangunan terletak cukup tinggi dari tanah, makin ke dalam makin tinggi.Pada emper terdapat anak tangga untuk mencapai lantai jogosatru. Struktur rumah tradisional kudus merupakan struktur rangka kayu. Dibuat sedemikian rupa sehingga setiap bagiannya dapat dibongkar pasang.

Secara umum struktur bangunan dapat dibagi menjadi 3 bagian yakni rangka atap (empyak), kolom (cagak) dan pondasi (bebatur).Batur atau pondasi mertupakan pondasi menerus dari bahan batu kali, pondasi ini membentuk peil lantai yang tinggi dan berundak-undak mulai dari jogosatru sampai ke dalem.Pondasi digunakan sebagai alas perletakan balok kerangka rumah yang merupakan balok kayu dengan dimensi besar (20X30 yang diletakkan tidur).Pondasi umpak (pondasi setempat) dari batu bata dipakai pada sko guru, bentuk umpak tinggi di atas lantai, kadang-kadang ada yang sampai setinggi 2 meter.Lantai pada jogosatru menggunakan ubin atau batu bata sehingga pondasi lebih dahulu diurug tanah.Pada bagian dalem digunakan lantai papan kayu (gladagan) dengan kerangka balok-balok kayu.Ruang dibawah geladag dibiarkan kosong, atau kadang-kadang dimanfaatkan untuk penyimpanan rahasia. Lantai pada dalem ini mengingatkan akan konstruksi rumah panggung yang merupakan konstruksi rumah tradisional yang umum di kawasan Asia Tenggara. Konstruksi ini dimaksudkan untuk mengatasi kondisi alam serta binatang.Daerah Kudus yang dahulunya merupakan daerah rawa-rawa kemungkinan merupakan sebab rumah-rumah di daerah ini berlantai panggung untuk mengatasi kelembaban lantai serta banjir. Pada rumah tradisional kudus konstruksi ini tetap dipertahankan tetapi dengan menambah pondasi menerus pada keliling bangunan. Dinding dapat dibedakan menjadi dua, yakni dinding pengisi yang menutup dan membatasi ruang dan rangka dinding yang menyangga beban dari atap.Penyangga atap yang utama pada konstruksi rumah beratap joglo adalah soko guru, yakni empat tiang utama yang menyangga brunjung.Keempat soko guru pada bagian atas dirangkai oleh dua batang balok.Balok sebelah bawah (sunduk kili) dipasang berdiri, berfungsi untuk menstabilkan konstruksi.Balok sebelah atas disebut tutup kepuh, dipasang tidur dan menyangga susunan balok tumpang.Diantara sunduk kili dan tutup kepuh terdapat ganjal yang disebut santen berbentuk kelopak bunga.Di atas tutup kepuh terdapat susunan balok yang disebut tumpang.Jumlah balok tumpang selalu ganjil antara tiga sampai 17 tingkat.Umumnya berjumlah 9 tingkat.Jumlah susunan ini mencerminkan tingkat kualitas rumah.Semakin tinggi maka rumah dibuat dengan kualitas pembangunan semakin mewah.Pada ruang jogosatru terdapat tiang tunggal yang disebut soko geder.Soko ini berfungsi membantu mendukung blandar utama di atas jogosatru, keberadaan tiang ini lebih mempunyai arti simbolis daripada fungsi strukturalnya.Tanpa adanya tiang ini blandar utama sudah didukung oleh konsol dari dua kolom yang mengapit pintu utama dalem. Mengapa balok besar ini bisa terletak agak ditengah ruang?.Hal ini terjadi karena perluasan ruang Jogosatru.Ruang yang sebenarnya adalah emperan rumah diperluas dan ditutup dengan dinding gebyog menjadi ruang tamu.Untuk mendapatkan ruang yang lebih luas dinding dalem diundurkan dari garis yang seharusnya.Yakni garis dimana terdapat balok dinding dan tempat jatuhnya jurai.Hal ini dapat dilihat pada jatuhnya dudur yang tidak pada dinding dalem tetapi maju lebih kurang 1meter.Dudur disangga oleh belandar utama yang melintang sepanjang lebar bangunan, mulai dari gogosatru sampai ke pawon.Kemiringan atap pada bagian ini mengantarai kemiringan atap jogosatru yang rendah dengan atap dalem yang lebih tinggi.Kemiringan atap berjenjang empat ini membentuk atap pencu khas kudus.Yakni atap joglo dengan empat tahapan kemiringan.Gebyog atau dinding pengisi dari kayu merupakan konstruksi yang tidak memikul beban.Ada dua macam dinding kayu pada rumah tradisional kudus.Yang pertama adalah dinding kayu yang disusun dari elemen panil-panil kayu.Elemen ini terdiri dari bilah kayu panjang (3X12) yang merupakan rangka pembentuk gebyog serta elemen pengisi dari papan kayu (2X30).Dua elemen ini dirangkai dengan sambungan pen dan alur.Susunan panil-panil ini membentuk pola yang khas pada fasade rumah kudus.Gebyog ini terdapat pada keempat sisi ruang jogosatru. Dinding pengisi yang kedua merupakan lembaran tipis (seperti multipleks, tebal + 0,8 cm), namun berbeda dengan multipleks yang tersusun dari lembaran kayu tipis yang direkatkan dengan lem, dinding tipis ini merupakan potongan kayu yang utuh. Papan tipis ini dipasangkan secara melengkung dengan dijepit dibagian atas dan bawah dengan dan dipegang disisi kanan kirinya dengan kolom kecil.Pemasangan panil lengkung macam ini dimaksudkan agar konstruksi tetap mempunyai kekuatan dan kekakuan karena bentuknya, walaupun terbuat dari lembaran tipis. Atap joglo pencu pada rumah tradisional kudus mempunyai bentuk yang agak berbeda dengan joglo biasa. Pada atap joglo pencu terdapat 3 sampai 4 tingkat kemiringan yang makin ke atas makin tinggi sehingga tampak menjulang. Tingkatan kemiringan ini dibentuk oleh posisi dudur dan bladar.Atap paling bawah dibentuk oleh dudur dan blandar diatas gebyog jogosatru.Kemiringan atap kedua dibentuk oleh dudur yang menghubungkan belandar dijogosatru dengan belandar diatas gebyog dalem.Kemiringan ketiga dibentuk oleh dudur yang menghubungkan belandar dalem dengan balok tumpang sari, dan yang terakhir dibentuk oleh dudur di atas tumpangsari yang disebut brunjung.

Konstruksi bukaan dinding pada jogosatru sangat unik. Terdapat 3 macam pintu sebagaimana dikemukakan di depan. Pintu utama berupa pintu ayun ganda atau biasa disebut dengan pintu kupu tarung, diletakkan di tengah.Pintu ini berupa pintu kayu massif dengan engsel samping dan dilengkapi dengan selarak di sisi dalam.Pintu ini merupakan pintu utama rumah, namun pintu ini hanya dibuka pada saat-saat tertentu ketika ada acara-acara resmi.Kembaran pintu tengah adalah pada pintu dalem, namun biasanya mendapat sentuhan ornamentasi yang lebih rumit, terutama pada bingkai atau kosennya.Pintu ke dua dan ketiga merupakan pintu pengapit dari pintu utama.Di sisi dalam berupa dinding gebyog yang dapat digeser-geser.Railing kayu dan penggantung terdapat di sebelah atas pintu.Gebyog ini massif tanpa pelobangan. Bentuknya persis sama dengan modul dinding gebyog di sebelahnya. Gerendel pintu ada di sisi samping gebyog.Pada sisi luar gebyog geser ini terdapat pintu geser.Tinggi pintu setengah dinding (140cm) dan berupa pintu kerawangan. Rangka pintu berupa kayu papan 3x20 di sisi atas dan bawah, kayu 3x10 di samping yang sekalian menjadi penggantung. Di bagian tengah berupa trails kayu tegak dengan bilah kayu 2x2 yang dipasang berdiri diagonal. Pintu pengapit ini lebih sering digunakan sehari-hari.Pada kondisi terbuka ketika sedang menerima tamu atau ada kegiatan di jogosatru kedua pintu di geser.Ketika tidak ada kegiatan tetapi yang empunya rumah ada di dalam, pintu sorong yang ditutup sementara gebyog dibiarkan terbuka.

Rumah tradisional Kudus pada dasarnya adalah Rumah Jawa dari Tipe Joglo. Tata ruang rumah Kudus sama dengan tata ruang rumah jawa, terutama pada rumah induk (dalem), demikian juga dengan konstruksi dan materialnya. Fariasinya lebih terletak pada kekayaan ornamentasi, kehalusan konstruksi pada elemen bangunannya.Serta penyesuaian ruang dari aktifitas sehari-hari yang khas pada penduduk Kudus. Kemampuan ekonomi masyarakat Kudus saat itu memberi kesempatan untuk mengeksplorasi konstruksi lebih lanjut namun tetap pada tatanan tradisi yang baku. Kehidupan sosial yang agak jauh dari pengaruh veodal di pedalaman Jawa yang seolah digantikan dengan pengaruh agama Islam menjadikan masyarakat Kudus mempuyai ciri budaya yang khas.Budaya ini tercermin pada bentuk rumah tinggalnya. Jogosatru sebagai salah satu contoh sebenarnya tidak lain merupakan emperan pada rumah jawa yang mengalami perkembangan bentuk karena kegiatan di dalamnya. Ruang yang tadinya terbuka dan sempit memanjang didepan dalem kemudian menjadi lebih tertutup dengan adanya dinding dengan bukaannya, serta lebih lebar dengan menggeser dinding dalem di sisi dalam.Jogo satru kemudian berkembang menjadi ruang tamu.Pada Jogosatru inilah sebagian besar aktifitas sosial berlangsung. Adaptasi budaya Jawa yang tercermin pada bentukan arsitekturnya ini mungkin banyak terjadi pula di daerah-daerah lain di Jawa, sayang sekali kalau harus hilang tanpa sempat mempertahankan atau paling tidak mempelajarinya.



C. Tata Ruang

Tata ruang rumah adat Kudus tampak sederhana, dan terdiri beberapa ruangan, yaitu :

1. Jogo satru, yaitu ruangan depan yang sekarang difungsikan sebagai ruang tamu. (Fungsi sebenarnya untuk mencegah dan menangkal satru/musuh yang datang sewaktu-waktu).

Di dalam ruangan Jogo satru terdapat satu tiang yang disebut Soko Geder. Hal ini melambangkan Allah itu tunggal dan mengingatkan kepada penghuninya agar selalu iman dan taqwa kepada Allah SWT.

2. Ruang dalam (inti) berfungsi sebagai kamar-kamar dan gedongan(kamar utama) yang digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka, kekayaan dan sebagai kamar tidur kepala keluarga.

Di ruang dalam ini terdapat kerangka bangunan yang disangga/ditumpu kokoh oleh 4 buah sokoguru yang melambangkan “Napsu Patang Prakoro” atau 4 jenis nafsu manusia yaitu amarah, luamah, sufiah dan mutmainnah.Hal ini mengandung pengertian bahwa penghuninya harus mampu menguasai dan mengendalikan hawa nafsu tersebut.

Diatas keempat soko guru tersebut terdapat Pangeret Tumpang Songo (kamuncak berlapis sembilan) yang semakin keatas semakin mengecil. Selain itu ada yang berpangeret tumpang pitu (tujuh) tumpang lima dan tumpang telu (tiga) tergantung dengan kemampuan dan kekuatan sosial ekonomi pemiliknya.



Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam jumlah pangeret tersebut adalah :

a. Pangeret Tumpang Songo, melambangkan bahwa di tanah Jawa ada Walisongo perlu dijadikan suri tauladan.

b. Pangeret Tumpang Pitu, melambangkan bahwa kelahiran manusia di dunia itu tidak sendirian, tetapi bersama kadang pitu yaitu : Mar, Marti, kakang kawah, adi ari-ari, getih, puser dan pancer sukma.

Hal ini diharapkan pemilik rumah mampu menyatukan diri dengan semua kadang pitu guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

c. Pangeret Tumpang Lima, melambangkan 5 kali solat dalam sehari semalam yang merupakan bagian dari 5 rukun islam.

d. Pangeret Tumpang Telu, berarti setiap manusia wajib memahami bahwa dirinya adalah titah sawantah yang mengalami 3 kehidupan, yaitu :

1. Kehidupan di alam arwah/insane hamil.

2. Kehidupan di alam dunia fana.

3. Kehidupan di alam akhirat.

Oleh karena itu diharapkan penghuni rumah dapat membekali dirinya agar kehidupannya di alam akhirat nanti mendapatkan kebahagiaan disisi Allah SWT.



3. Pawon (ruang keluarga), digunakan untuk aktifitas keluarga. Misalnya : ruang makan, ruang bermain anak-anak, dan dapur.



D. Karakteristik Ukiran

Seni ukir di Kudus mulai ketika seorang imigran dari Cina yaitu The Ling Sing tiba pada abad 15. Beliau datang ke Kudus tidak hanya menyebarkan ajaran Islam tetapi juga menekuni keahliannya dalam kesenian mengukir. Aliran kesenian ukir The Ling Sing adalah Sun Ging yang terkenal karena halus dan indahnya.

Dari daerah Kudus inilah beliau banyak menerima murid yang mempelajari agama maupun seni ukir. Beliau wafat dan dimakamkan di Kudus.

Perbedaan ukiran di Kudus dan Jepara.Seni ukir di Kudus berkembang pada pembuatan rumah. Ukirannya halus dan indah, bunganya kecil-kecil dan bisa 2 atau 3 dimensi. Seni ukir di Jepara berkembang pada peralatan rumah tangga, misalnya almari,tempat tidur, kursi dan lain-lain. Bentuk ukirannya besar-besar.



Motif-motif ukiran Kudus.



Rumah Adat Kudus (Rumah Ukir) terdiri dari beberapa motif ukiran yang dipengaruhi dari budaya Cina, Hindu, Islam dan Eropa. Motif dan gaya seni ukir tersebut adalah :

1. Motif Cina, berupa ukiran naga yang terletak pada bangku kecil untuk masuk ruang dalam.

2. Motif Hindu, digambarkan dalam bentuk padupan yang terdapat di gebyok (pembatas antara ruang Jogo Satru dan ruang dalam).

3. Motif Persia/Islam, digambarkan dalam bentuk bunga, terdapat pada ruang Jogo Satru.

4. Motif Eropa, digambarkan dalam bentuk mahkota yang terdapat diatas pintu masuk ke gedongan.



3.4 Aspek Lingkungan dan Alam Sekitar

Konsep dasar perancangan berpegang penyelarasan dengan alam lingkungan seperti:

a. Bentuk atap selaras dengan bentuk gunung tempat bersemanyamnya para dewa dan leluhur.

b. Kerangka bangunan tersebut dari bahan bahan alam,seperti kayu,bambu,alang alang,batu dan tanah .Digunakan secara jujur,yaitu diungkap dalam karakter,sifat bahan,warna,tekstur sesuai aslinya.

c. Ruang ruang dibuat terbuka,karena mengandung makna keterbukaan yang berarti terbuka bagi siapun yang datang dan juga sebagai usaha menyatu dengan alam.

Usaha menyatu dengan alam juga diterapkan melalui tata hias ruang,berbentuk ukir ukiran dengan tema flora dan fauna yang didistilasi melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Adapun keistimewaan rumah kudus terletak pada makna ruang dan kehidupan social,yang tidak bisa lepas dari suasana kehidupan budaya serta adat lingkungan.Beberapa aspek dari pengertian lingkungan buatan meliputi factor factor distansi, gejala gejala alam, social-ekonomi, dan psikologi juga tidak lepas dari fungsi serta bentuk yang sesuai habitat.Habitat adalah tempat tinggal yang memberi kehidupan bagi penghuni yang bersangkutan.Konsepsi tentang alam lingkungan adalah kehendak untuk menyatu dengan sesama dan menyatu dengan lingkungan alam disekelilingnya.

Dengan kata lain bisa diungkapkan sebagai ‘relasi’dan ‘ásosiasi’ yang keduanya beritegrasi dalam satu kesatuan yang berorientasikan pada “Hasta Brata” yaitu kesenangan jasmani, persuasi,kepuasan rokhani, keteguhan pendidikan, kehormatan, ketrampilan dan semangat. Orientasi tersebut merupakan pandanagn hidup orang jawa yang diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Oleh karena itu makna rumah mempunyai 2 konotasi,yaitu sebagai okupasi dan akomodasi. Okupasi menyangkut segi segi yang kuantitatif dan akomodasi mengacu pada segi segi.

3.5 Filosofi Perancangan

Filsafat hidup manusia dalam rumah adat Kudus mencerminkan betapa dalamnya ilmu, budi luhur nenek moyang kita yang diwariskan dalam bentuk perlambang/sandi dalam bangunan yang dihuninya.

Masyarakat kudus memiliki anggapan bahwa rumah adalah badan atau organ tubuh yang hidup dan memiliki jiwa sedang kegiatan yang dilakukan didalam rumah ditujuk selaras dengan ajaran ajaran islam.

Contohnya adalah dalam melaksanakan pembangunan rumah; tata cara atau syarat penempatan bangunan didalam pekarangan serta penyusunan atau pengorganisasian ruang berpangkal pada konsep agama dan kepercayaan masa lalu dengan memperhatikan arah angina,arah laut dan perhitungan nasib angar menentukan bentuk rumah beserta ruang ruang yang terjadi.Sistem ekonomi dan social.Berbagai peristiwa dalam perjalanan hidup manusia atau suatu masyarakat ternyata dapat mempengaruhi penciptaan suatu karya arsitektur,seperti halnya yang terjadi pada rumah rumah dikudus.

Kedatangan bangsa Cina,portugis,Arab,Inggris yang silih berganti,banyak memberi pengaruh pada kebudayaan asli dan mebentuk kebudayaan baru.Akan halnya dengan yang terjadi pada rumah tradisional dikudus,tersirat pengaruh budaya lama yaitu: Hindu & budha yang kemudian berganti bentuk,tetapi fungsinya disesuaikan dengan kondisi jaman.

Rumah tradisional di kudus dimasa lalu merupakan hasil karya arsitektur tanpa arsitek,meskipun demikain mampu mencipatakan wadah untuk menampung perilaku kehidupan penghuni dan tercirikan secara turun temuerun.Melalui media ruang berhasil memberi kepuasan fisik dan spiritual bagi penghuni.Perlu kiranya diketahui bahwa bentuk arsitektur sangat beragam jenis dan coraknya di Indonesia tetapi kesamaannya juga banyak karena sama sama hidup di daerah tropis.Rumah tradisional dikudus memiliki kesamaan bentuk luar dengan rumah rumah tradisional lainnya: terutama dari daerah Yogyakarta,Solo,Bagelen dan Banyumas.Latar belakang,norma norma,adat istiadat,agama,dan pedoman pelaksanaannya mendasarkan pada perhitungan hari,tanggal,tahun kelahiran dan kosmologinya,sama seperti yang dilakukan oleh daerah daerah lain di jawa.Bentuk atap,konstruksi dan fungsi bangunan lebih mengutamakan segi segi kesederhanaan dan kemudian dalam membongkar pasang (knock down).Pembangunannya dikerjakan bersama beramai ramai dalam jiwa kegotong royongan oleh seluruh anggota masyarakat sebagai ciri tradisional.

Proses pembangunan dimulai sesuai petunjuk penjaga desa,disertai selamatan,qurban dan doa doa oleh seluruh kerabat yang akan terlibat. Sesepuh memberi petunjuk tentang gejala gejala alam yang terkait seperti api, angin, tanah, air, udara dan kedudukan naga. Siklus tersebut dimaksud untuk menjaga keseimbangan hidup rumah tangga kelak. Keseimbangan mengandung pengertian fisik alamiah sebagai hubungan antara calon penghuni, kekuasaan alam, manusia dan kehidupan masyarakat. Untuk mencapai keseimbangan tersebut calon pemilik harus melakukan “tirakat” Yaitu laku pembersihan diri.

Sebagai kelengkapan pembakuan gaya arsitektur tradisional rumah adat Kudus ini, perlu sedikit adanya ungkapan nilai - nilai filsafat yang terkandung di dalamnya, yaitu :

1. Pakawin

Yang dimaksud dengan pakawin yaitu tempat untuk membersihkan diri baik fisik maupun rohani. Pakawin tersebut berupa sumur, kamar mandi dan padasan (tempat wudlu). Biasanya Pakawin terletak di depan rumah sebelah kiri sejajar dengan pawon.Ini diharapkan agar tiaporang yang datang dari bepergian supaya membersihkan kaki dan tangan terlebih dahulu di kamar mandi tersebut sebelum memasuki rumah.

Di sekeliling Pakawinan biasanya ditanami berbagai tumbuh-tumbuhan sebagai perlambang kepada manusa, antara lain :

a. Pohon belimbing : Melambangkan 5 rukun Islam seperti jumlah linger buah belimbing

b. Pohon puring : Jadilah manusia agar tidak menjadi gampang sudah menghadapi kesulitan.

c. Pohon andhong : Manusia supaya pandai-pandai tanggap situasi guna memperoleh kebahagiaan.

d. Pohon pandan wangi : Melambangkan rezeqi yang harum seharum pandan yang banyak manfaatnya.

e. Pohon kembang melati : Melambangkan keharuman serta kesucian abadi, artinya diharapkan para penghuni rumah menjadi manusia yang berakhlaq baik dan berbudi luhur.



2. Menghadap ke arah Selatan

Pada umunya Rumah Adat Kudus selalu menghadap kea rah selatan, karena :

a. Sinar matahari pagi lebih baik bisa masuk ke dalam rumah, sehingga kesehatan penghuninya dapat lebih terjamin.

b. Bila musim kemarau tritisan depan rumah tidak langsung kena sinar matahari sehingga tetap lindung (adhem).

c. Supaya penghuninys berumur panjang dan murah rezeqi.

d. Nenek moyang kita tetap berpegang kepada filsafat yang mengharuskan berumah tinggal yang harus membelakangi gunung,dikelilingi persawan / perkebunan dan menghadap samudra.



3. Upacara adat dan tradisional dalam rangka mendirikan rumah adat

a. Upacara selamatan Bukak Tebleg, yaitu sesaat sebelum penggalian pandemen rumah yang akan dibangun guna keselamatan pemilik.

b. Upacara ulih-ulihan, yaitu selamatan dan tasyakuran setelah rumah sudah jadi dan siap dihuni, dengan mengundang masyarakat setempat, maka diharapkan keakraban bermasyarakat di tempat baru akan lestari.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Motif - motif ukiran Rumah Adat Kudus terdiri dari beberapa motif ukiran yang dipengaruhi dari budaya Cina, Hindu, Islam dan Eropa.

b. Bentuk Rumah Adat Kudus adalah “Joglo-Pencu” yang berpenampilan perkasa serta anggun.

c. Tata ruang rumah adat Kudus tampak sederhana, dan terdiri beberapa ruangan, yaitu : Jogo satru, ruang dalam (inti), dan pawon.

d. Nilai-nilai filsafat yang terkandung di dalam arsitektur tradisional rumah adat Kudus, yaitu : pakawin, menghadap ke selatan dan upacara adat tradisional dalam rangka mendirikan rumah adat.



4.2 Saran

Kita harus tetap mampu melestarikan bangunan-bangunan Adat Tradisional di Indonesia, tremasuh Rumah Adat Tradisional Kudus yang keberadaannya mulai mengkhawatirkan saat ini. Terutama nagi kita sebagai mahasiswa, sebagai kaum erpelajar, kita memiliki tanggung jawab dalam hal ini.

Meskipun hanya dengan mempelajarinya dengan baik hali tersebut sudah akan bermanfaat beasar dalam pelestarian Rumah Adat radisional Indonesia sehingga tidak akan hilang dari memmori bangsa ini.


DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota,_Kudus

http://eprints.undip.ac.id/1768/

http://arnusarc.blogspot.com/2012/07/rumah-tradisional-kudus-arsitektur.html

https://sites.google.com/site/gebyoksenterkudus/project-updates

http://www.slideshare.net/vinaafasa/rumah-tradisional-kudus





















LAPORAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2



KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, penyusun panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pengelolaan Bangunan Ramah Lingkungan (Konsep Green Building)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur.

Penerapan desain dan kontruksi bangunan memang sangat penting sebaiknya menerapkan pembangunan yang berkelanjutan, maksud berkelanjutan adalah dalam pembangunan harus memperhatikan lingkungan sekitar, ramah lingkungan dan melakukan penghematan. Apa itu konsep green building? Mengapa harus menerapkan konsep green building pada zaman sekarang? Bagaimana proses green building? Pertanyaan inilah yang menjadi fokus makalah yang penulis susun. Sejalan dengan hal itu, makalah ini membahas hal ihwal pengelolaan bangunan ramah lingkungan dan aplikasinya. Dengan uraian yang komprehensif, diharapkan pemahaman bukan hanya sekedar teori melainkan lebih jauh pada tataran aplikasi.



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang



Teknologi ramah lingkungan telah ramai dikampanyekan, masyarakat dikenalkan dengan konsep ramah lingkungan, misal prinsip pemisahan sampah organik dan anorganik, serta penggunaan plastik dan sabun yang bisa terdegradasi. Selain itu perusahaan-perusahaan juga mulai diwajibkan untuk menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan penanganan pengolahan limbah sesuai dengan standard yang telah ditetapkan oleh badan yang terkait, misalnya dengan adanya ISO 4001 tentang lingkungan. Kelangkaan BBM & BBG serta fenomenaglobal warming menyebabkan setiap bidang keilmuwan berlomba untuk melakukan inovasi penggunaan energi-energi alternatif selain minyak dan gas bumi, serta berlomba menciptakan dan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan Green Technology. Energi alternatif yang banyak dieksplorasi oleh para ahli agar bisa digunakan sebagai pengganti BBM dan BBG adalah energi matahari, angin, biofuel, biogas, dan bioetanol.

Rumah merupakan elemen terdekat dan terkecil yang merupakan tempat singgah dari subjek (pelaku utama) pengguna energi BBM & BBG serta sebagai produsen dari limbah baik secara langsung maupun tidak langsung. Para ahli baik itu arsitek maupun teknokrat sedang dan telah melakukan berbagai inovasi untuk menciptakan rumah yang hemat energi dan ramah lingkungan.

Indonesia merupakan negara tropis yang dilewati oleh garis katuliswa sehingga dilimpahi sinar matahari yang cukup sepanjang tahun, serta suhu yang cukup stabil. Dengan memperhatikan kondisi geografis tersebut, maka energi alternatif matahari sangat cocok diterapkan di Indonesia. Konstruksi bangunan rumah juga harus memperhatikan unsur penggunaan bahan/material dan bentuk bangunan yang mampu mengurangi penggunaan lampu untuk pencahayaan, AC untuk pendingin, sistem pembuangan yang baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.

Apakah yang dimaksud dengan green building?

Bagaimana pengunaan energi matahari sebagai alternatif energi listrik?

Bagaimana konstruksi dan material rumah ramah lingkungan?

Bagaimana rumah tinggal dan kebutuhan energi di Indonesia?

Bagaimana konsep hemat energi atau sadar energi?

C. Tujuan Makalah

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan ide pembangunan rumah yang ramah lingkungan dan hemat energi yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. Serta untuk memenuhi tugas Studio perancangan Arsitektur 2 Universitas Negeri Semarang.

D. Kegunaan Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep penelitian pengelolaan bangunaan ramah lingkungan (konsep green building). Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:

Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang konsep penelitian pengelolaan bangunaan ramah lingkungan (konsep green building);

Pembaca, sebagai media informasi tentang konsep penelitian tindakan kelas baik secara teoritis maupun praktis.

E. Prosedur Makalah

Makalah ini dsusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan meguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan konprehensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai lteratur yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.



BAB II

PEMBAHASAN



A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi Green Building

Green building (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan) mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup-bangunan: mulai dari penentuan tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi pembongkaran, dan. Hal ini membutuhkan kerjasama yang erat dari tim desain, arsitek, insinyur, dan klien di semua tahapan proyek. Praktik Green Building memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik keprihatinan ekonomi, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan.

Green construction ialah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencita-citakan terciptanya konstruksi dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah. Gerakan konstruksi hijau ini juga identik dengan sustainbilitas yang mengedepankan keseimbangan antara keuntungan jangka pendek terhadap resiko jangka panjang,dengan bentuk usaha saat ini yang tidak merusak kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masa depan.

2. Konsep Green Building

Konsep pembangunan berkelanjutan dapat ditelusuri dengan energi (minyak terutama fosil) krisis dan pencemaran berwawasan lingkungan pada tahun 1970. Gerakan green building di Amerika Serikat berasal dari kebutuhan dan keinginan untuk lebih hemat energi dan ramah lingkungan konstruksi praktek. Ada sejumlah motif untuk membangun hijau, termasuk manfaat lingkungan, ekonomi, dan sosial. Namun, inisiatif keberlanjutan yang modern panggilan untuk desain terpadu dan sinergis untuk kedua konstruksi baru dan dalamperkuatan struktur yang ada. Juga dikenal sebagai desain yang berkelanjutan, pendekatan ini mengintegrasikan membangun siklus hidup dengan setiap praktik hijau digunakan dengan tujuan desain-untuk menciptakan sinergi antara praktek yang digunakan.

Green building menyatukan array yang luas dari praktek, teknik, dan keterampilan untuk mengurangi dan akhirnya menghilangkan dampak bangunan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Hal ini sering menekankan mengambil keuntungan dari sumber daya terbarukan, misalnya, menggunakan sinar matahari melalui solar pasif, surya aktif, dan fotovoltaik teknik dan menggunakan tanaman dan pohon-pohon melalui atap hijau, taman hujan, dan pengurangan air hujan run-off. Banyak teknik lain yang digunakan, seperti menggunakan kayu sebagai bahan bangunan, atau menggunakan beton kerikil atau permeabel dikemas bukan beton atau aspal konvensional untuk meningkatkan pengisian air tanah. Di sisi estetika arsitektur hijauatau desain yang berkelanjutan adalah filosofi merancang bangunan yang harmonis dengan fitur alam dan sumber daya sekitar situs. Ada beberapa langkah kunci dalam merancang bangunan berkelanjutan: menentukan ‘hijau’ bahan bangunan dari sumber-sumber lokal, mengurangi beban, sistem mengoptimalkan, dan menghasilkan di tempat energi terbarukan.

Aplikasi dari konstruksi hijau pada tahap perencanaan terlihat pada beberapa desain konstruksi yang memperoleh award sebagai desain bangunan yang hemat energi, dimana sistem bangunan yang didesain dapat mengurangi pemakaian listrik untuk pencahayaan dan tata udara.Selain itu berbagai terobosan baru dalam dunia konstruksi juga memperkenalkan berbagai material struktur yang saat ini menggunakan limbah sebagai salah satu komponennya, seperti pemakaian flyash, silica fume pada beton siap pakai dan beton pra cetak. Selain itu terobosan sistem pelaksanaankonstruksi juga memperkenalkan material yang mengurangi ketergantungan dunia konstruksi pada pemakaian material kayu sebagai perancah.

Pemakaian material/bahan bangunan yang banyak digunakan seperti kaca, beton, kayu, asphalt, baja dan jenis metal lainnya ditengarai dapat menimbulkan efek pemanasan global yang signifikan dan menyebabkan perubahan iklim di dunia. Ingat kan penggunaan kaca gelap/ kaca yag dapat memantulkan cahaya matahari yang biasanya digunkan pada gedung-gedung tinggi/bertingkat yang biasa disebut dengan kaca film ribben. Jelas-jelas itu sangat merugikan karena menghantarkan cahaya matahari kembali ke atmosfer bumi dan terjadilah penumpukan sehingga suhu bumi semakin panas. Empat aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam membangun green building yaitu:

Material

Material yang digunakan untuk membangun haruslah diperoleh dari alam, merupakan sumber energi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan, atau bahan bangunan yang didapat secara lokal untuk mengurangi biaya transportasi. Daya tahan material bangunan yang layak sebaiknya tetap teruji, namun tetap mengandung unsur bahan daur ulang, mengurangi produksi sampah, dan dapat digunakan kembali atau didaur ulang.

Energi

Penerapan panel surya diyakini dapat mengurangi biaya listrik bangunan. Selain itu, bangunan juga selayaknya dilengkapi jendela untuk menghemat penggunaan energi (terutama untuk lampu serta AC). Untuk siang hari, jendela sebaiknya dibuka untuk mengurangi pemakaian listrik. Jendela tentunya juga dapat meningkatkan kesehatan dan produktivitas penghuninya. Green building juga harus menggunakan lampu hemat energi, peralatan listrik hemat energi lain, serta teknologi energi terbarukan seperti turbin angin dan panel surya.

Air

Penggunaan air dapat dihemat dengan menginstal sistem tangkapan air hujan. Cara ini akan mendaur ulang air yang misalnya dapat digunakan untuk menyiram tanaman atau menyiram toilet. Gunakan pula peralatan hemat air, seperti pancuran air beraliran rendah, tidak menggunakan bathtub di kamar mandi, menggunakan toilet flush hemat air atau toilet kompos tanpa air, dan memasang sistim pemanas air tanpa listrik.

Kesehatan

Gunakan bahan-bahan bagunan dan furnitur yang tidak beracun serta produk dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, untuk mengurangi risiko asma, alergi, dan penyakit lainnya. Bahan-bahan yang dimaksud adalah bahan bebas emisi, rendah atau non-VOC, dan tahan air untuk mencegah datangnya kuman dan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga dapat ditingkatkan melalui sistim ventilasi dan alat-alat pengatur kelembaban udara.

B. Pembahasan

1. Penggunaan Energi Matahari

Sinar dari matahari dapat diubah menjadi energi listrik menggunakan komponen yang disebut sel surya. Sel surya merubah sinar matahari menjadi arus listrik DC. Arus yang dihasilkan sebanding dengan intensitas sinar matahari yang diterima dan juga sebanding dengan luas permukaan dari sel surya yang terpapar sinar matahari.

Para ahli telah berhasil memanfaatkan prinsip dari sel surya dengan menciptakan panel surya yang dapat digunakan sebagai atap rumah. Dengan pesatnya kemajuan teknologi, para ilmuwan juga telah menciptakan panel surya yang mampu berputar untuk menyesuaikan posisinya mencari intensitas matahari yang tertinggi. Profesor Michael Gratzel dari Lausanne Federal Technology Institute juga telah berhasil menemukan sel surya murah yang bisa digunakan membangun jendela yang menghasilkan listrik dengan efisiensi yang tinggi.

Peralatan pendukung untuk bisa memanfaatkan energi matahari sebagai pengganti listrik dari PLN, antara lain adalah controller (pengatur pengeluaran daya dari sel surya), inverter untuk merubah arus DC menjadi arus AC karena peralatan elektronik rumah tangga sebagian besar menggunakan sumber arus AC, dan baterai yang berguna untuk menyimpan energi yang dihasilkan sel surya pada siang hari agar bisa dimanfaatkan oleh penghuni rumah pada malam hari.

Kendala yang dihadapi agar bisa memanfaatkan energi matahari menggunakan panel surya adalah dari segi biaya pemasangan/instalasi masih mahal jika dibandingkan menggunakan energi listrik dari PLN. Biaya yang perlu dikeluarkan untuk pemasangan panel surya adalah US$ 8-10/Watt. Jika seseorang ingin membeli sel surya untuk keperluan penerangan rumah tangga yang sekitar 900 Watt, maka secara kasar biaya yang perlu dikeluarkan (diinvestasikan?) sebesar 900 Watt x US$ 8 = US$ 7200. Harga ini sudah termasuk biaya pemasangan dan beberapa komponen pendukung untuk dipasang di atap sebuah rumah. Sedangkan pemasangan listrik PLN dengan daya 900 Watt sekitar Rp. 1.500.000,- . Hal inilah yang menyebabkan masyarakat masih jarang menggunakan panel surya sebagai sumber listriknya.

Tingginya biaya untuk pemasangan panel surya sebenarnya bisa diatasi jika pemerintah punya tekad yang kuat untuk memasyarakatkan energi-energi alternatif selain BBM. Pada awalnya pemerintah bisa memberikan subsidi-subsidi pada energi alternatif untuk mengantikan listrik PLN, khususnya penggunaan panel surya. Sebagai contoh di Korea Selatan, harga sel surya yang dibeli oleh konsumen setempat mampu ditekan hingga 70% sekitar US$ 3 hingga 4 per Watt-nya. Jika diasumsikan pemerintah telah memberikan subsidi sama dengan Korea, maka biaya pemasangan untuk daya 900 Watt adalah Rp. 27.000.000,-(dengan kurs US$ 1 sebesar Rp. 10.000.000,-).

Selanjutnya dilakukan sosialisai besar-besaran mengenai keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika menggunakan panel surya, antara lain panel surya bisa digunakan sampai +/- 15 tahun. Jika dihitung biaya listrik yang harus dibayar ke PLN selama 15 tahun dengan rata-rata pemaikaian tiap bulan Rp. 200.000,- adalah sebesar RP.36.000.000,- sehingga masih ada selisih keuntungan sebesar Rp. 9.000.000,- ditambah lagi jika TDL naik maka nilai keuntungan pemaikaian panel surya akan lebih besar lagi. Jika semakin banyak penguna panel surya, maka pasar otomatis akan berusaha untuk memenuhi permintaan tersebut, dan bisaanya akan diikuti oleh usaha inovasi-inovasi untuk bisa memproduksi dengan efisien dan murah oleh produsen-produsen/pabrik pembuat panel surya, sehingga harga akan semkin murah, sebagai contoh semakin murahnya harga-harga barang elektronik pada saat sekarang ini karena telah ditemukan teknologi dan proses produksi yang efisien.

Selain keuntungan dari segi biaya jangka panjang (investasi), masih ada lagi keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika menggunakan panel surya. Antara lain penggunaan panel surya akan mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan, kita ketahui bahwa pembangkit tenaga listrik masih banyak yang menggunakan proses pembakaran dari BBM, BBG, batu bara, dan bahkan nuklir. Pembakaran bahan apapun pasti akan menghasilkan gas yang akan mencemari udara. Keuntungan yang lain penggunaan listrik dari panel surya ini adalah tidak akan terpengaruh oleh adanya pemadaman bergilir dari PLN, bayangkan jika tempat transaksi ekonomi, misalnya mall ataupun perkantoran mengalami pemadaman listrik dari PLN dalam satu jam saja berapa kerugian yang harus ditanggung.

2. Konstruksi Dan Material Rumah Ramah Lingkungan

Kampanye green technology juga telah membuat para arsitektur maupun teknokrat dibidang konstruksi untuk melakukan berbagai inovasi untuk merancang konstruksi bangunan dan memilih material bangunan yang sesuai dengan prinsip ramah lingkungan. Sebagai contoh, berbagai instansi telah banyak mengadakan lomba desain rumah indah, sederhana, hemat, dan ramah lingkungan.

Terdapat banyak aspek yang harus diperhatikan ketika merancang sebuah rumah. Berikut ini adalah berbagai contoh yang telah ditawarkan/dicontohkan oleh para arsitektur yang peduli akan lingkungannya. Pertama, kita bisa meniru konsep rumah pangung. Dengan adanya jarak antara tanah dengan lantai, maka area tanah dibawah lantai masih bisa berfungsi untuk penyerapan air. Hal ini bisa bermanfaat untuk mengurangi banjir. Kedua, harus diperhatikan masalah pencahayaan. Jika rumah mempunyai titik-titik masuknya cahaya yang cukup, maka akan mengurangi penggunaan lampu pada siang hari. Selanjutnya yang ketiga adalah masalah ventilasi, jika pertukaran udara di rumah cukup, maka akan mengurangi penggunaan AC maupun kipas angin, ditambah lagi jika rumah mempunyai ruang terbuka hijau maka udara yang keluar masuk rumah akan lebih bersih begitupun suhu udara akan menjadi lebih rendah. Masalah sanitasi juga harus diperhatikan, misalnya perancangan saluran pembuangan air dan penempatan tempat sampah organic maupun anorganik.

Pemilihan material untuk membangun sebuah rumah juga akan berpengaruh terhadap efek keramah-tamahan lingkungan yang sedang gencar-gencarnya dikampanyekan. Pertama, gunakan sumber daya yang bisa diperbarui. Sumber daya yang bisa diperbarui misalnya material bangunan dari kayu, bebatuan dan semacamnya yang pada umumnya adalah material alami yang banyak terdapat di lingkungan sekitar dan mudah untuk diperbarui kembali. Selanjutnya kita bisa menggunakan kembali material bangunan yang masih layak pakai, dan mengolah limbah atau material sisa bangunan untuk dapat dimanfaatkan kembali.

Berikut ini adalah contoh berbagai bahan yang bisa dipilih untuk menghasilkan sebuah rumah yang ramah lingkungan. Low E-Glass, yang bisa digunakan untuk kaca jendela yang akan menyerap panas sehingga ruangan tidak akan terlalu panas dan berarti penggunaan AC juga bisa dihemat. Rain Harversting yang memanfaatkan air hujan dengan cara menampungnya dan digunakan kembali untuk kebutuhan sehari-hari seperti menyiram tanaman sampai untuk toilet. Storage Heating adalah penyimpanan sumber panas yang nantinya akan digunakan untuk menghangatkan ruangan pada saat suhu dingin tiba, sehingga penggunaan mesin penghangat ruangan (heater) dapat dikurangi. Penggunaan bahan Photocatalytic pada permukaan dinding bagian luar yang akan mengkonversi organik yang berbahaya menjadi tidak berbahaya.

Dalam penerapan green construction tentunya banyak tantangan yang harus dilalui, yaitu :

Modal atau Biaya

Tak bisa dipungkiri penggunaan design hijau ini memakan biaya yang banyak. Untuk konsep Green Building tentunya tidak akan sama dengan gedung-gedung yang lainnya. Banyak faktor yang membuatGreen Construction´ memakan modal yang cukup besar, seperti contohnya dalam peggunaan pakar atau tenaga ahli dalam pembuatan gedung yang berkonsep Green Building tentunya mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

Pembuatan design yang startegis

Setiap gedung atau suatu konstruksi dipastikan memiliki design yang berbeda-beda, tentunya dalam prinsip Green Building design haruslah meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang berkonsepkan ramah lingkungan.Tentunya hal itu menjadi tantangan utama para ahli Green Building untuk membuat design yang cocok pada kondisi eksternal internal lingkungan sekitarnya.

Pemilihan material/bahan bangunan yang ramah lingkungan

Mayoritas rumah saat ini dibangun dengan menggunakan bingkai kayu, Gedung tradisional Bahan dan bahan pilihan bagi banyak orang. Namun membangun rumah kayu berbingkai membutuhkan rencana yang sangat hati-hati dirancang dan kru konstruksi dengan banyak pengalaman dan keterampilan. Membangun rumah dengan bingkai kayu umumnya akan menghasilkan struktur yang handal dan aman, namun juga rentan terhadap kegagalan prematur ketika rincian kecil dibiarkan atau dibuat dengan produk kayu berkualitasburuk.Saat ini pemilik rumah memiliki kesempatan untuk memilih dari alternatif Bahan Bangunan Hijau. Namun dengan isu ilegal logging yang masih banyak penggunaan kayu sebagai material mulai ditinggalakan untuk kelestarian lingkungan. Penggunaan bau alam, batu bata, gypsum, dan alumunium serta baja ringanpun menjadi piliha yang tepat. Karena selain ramah lingkungan tapi juga mampu menunjang ketahanan bangunan dan tentunya healthy conditional.

Pembuatan peraturan-peraturan yang sah dalam penerapan green construction

Di Indonesia saat ini , wacana konstruksi hijau mulai tampak pada penerapan beberapa proyek seperti proyek ruas jalan tol bandara yang dikerjakan oleh PT. Pembangunan Perumahan dan proyek Rusunami oleh PT Perumnas. Namun sayangnya hingga saat ini belum ada payung hukum yang menaungi penerapan konstruksi hijau di Indonesia apa lagi sejumlah insentif yang akan diberikan pada pelaksanaan proyek yang menerapkan konsep konstruksi hijau.

Penataan kota untuk mewujudkan konsep green building

Green Building pastinya harus membuat suatu area yang di tempatinya menjadi daerah yang asri dan ramah lingkungan. Oleh karena itu diperlukan tata kota yang tepat jika kita ingin membuat suatu Green Building di Indonesia. Letak tata kota yang sesuai dengan keseimbangan ekosistem lingkungan, jangan sampai pembuatan Green Building malah merusak area hijau, atau siklus udara dan hidrologi yang dipengaruhi oleh hilangnya area resapan air. Untuk di daerah Indonesia sendiri, bila kita ambil contoh jakarta mungkin pembangunan Green Building susah untuk dilaksanakan, dikarenakan tata letak kota jakarta yang memang sudah padat untuk bangunan-bangunan bersifat kepentinan komersial ataupun bangunan hunian tempat tinggal.

Pembiayaan serta perawatan green building

Tidak mudah merawat suatu gedung atau bangunan apalagi bangunan dengan konsep Green Building, yang harus mempertahankan manfaatnya untuk lingkungan sekitar.

Faktor kesehatan

Menggunakan material & produk-produk yang non-toxic akan meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, dan mengurangi tingkat asma, alergi dan sick building syndrome. Material yang bebas emisi, dan tahan untuk mencegah kelembaban yang menghasilkan sporadan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga harus didukung menggunakan sistem ventilasi yang efektif dan bahan-bahan pengontrol kelembaban yang memungkinkan bangunan untuk bernapas. Bahan-bahan alami atau natural sudah diketahui memang cukup rentan terhadap gangguan lingkungan itu sendiri seperti keberadaan mikroorganisme ,serta kelembaban udara dan suhu diluar maupun didalam ruangan yang harus diseimbangkan untuk meminimalisasi kerusakan bangunan.

Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya green building

Tantangan ini juga cukup penting untuk dipecahkan, Banyak masyarakat Indonesia yang tentunya belum tahu akan makna Green Building. Mulai dari konsep,manfaatnya dalam jangka panjang serta aplikasinya. Penyuluhan akan Green Building seharusnya juga diberikan kepada masyarakat Indonesia agar lebih mengetahui peranan Green Building dalam dunia pembangunan di Indonesia. Apalgi dengan ekonomi masyarakat Indonesia yang minim membuat rencana ini hanya terbatas kepada pengembang bangunan dengan modal besar dan kalangan menegah ke atas.

Green Building lebih dari sebuah konsep untuk hidup berkelanjutan, tetapi bisa membangun harapan untuk masa depan. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat Indonesia harus ditingkatkan untuk mengetahui pentingnya membuat bangunan dengan konsep Green Construction. Apapun yang dilakukan manusia untuk pelestarian lingkungan dan perbaikan lingkungan mau sekecil apapun memang sangat berarti seperti membuang sampah pada tempatnya, itu pun masih belum tercapai sempurna. Dengan usia yang menipis karena perubahan iklim, kekurangan energi yang semakin meningkat dan masalah kesehatan, memang masuk akal untuk membangun gedung yang tahan lama,menghemat energi, mengurangi limbah dan polusi, dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Upaya-Upaya untuk mewujudkan Green Construction:

1) Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya Green Construction bagi dunia pembangunan di Indonesia.

2) Membuat bangunan-bangunan yang berbahan dasar ramah lingkungan.

3) Mengatur tata letak kota yang sesuai dengan konsep Green Construction yang berwawasan lingkungan.

4) Membangun sistem bangunan yang effisien dalam menggunakan energi.

5) Membangun Green Construction dengan menggunakan material yang dapat di perbaharui, didaur ulang, dan digunakan kembali serta mendukung konsep efisiensi energi.

6) Mengolah limbah-limbah yang bermanfaat untuk dijadikan material bahan dasar.

7) Membangun Green Construction yang sesuai dengan kondisi alam, dan iklim wilayah Indonesia.

8) Inovasi untuk mengembangkan green building terus dilakukan sebagai upaya untuk menghemat energi dan mengurangi masalah-masalah lingkungan.

9) Pemilihan material yang pas agar Green Building bisa bertahan lebih lama.

10) Penggunaan teknologi-teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan agar tidak merusak ekosistem sekitar.

3. Rumah Tinggal Dan Kebutuhan Energi

Indonesia adalah sebagai negara yang seluruh wilayahnya dikawasan equator, merupakan keuntungan namun juga menjadi suatu kerugian yang sangat besar. Sebagai keuntungan, karena sebenarnya iklim tropis membuat kekayaan alam semakin berlimpah, namun menjadi kerugian karena iklim tropis menjadikan tingginya irradiance matahari, yakni rata-rata 200-250 W/m2 selama setahun atau 850-1100 W/m2 selama masa penyinaran. Hal ini menyebabkan suhu permukaan akan naik lebih tinggi dari daerah lain di dunia. Irradiance yang sangat besar ini bisa dimanfaatkan menjadi sebuah sumber energi yang luar biasa atau juga bisa menjadi kendala yang sangat besar sebab dengan tingginya suhu permukaandi kawasan Indonesia, akan dibutuhkan energi yang besar pula untuk menyejukan rumah. (Daryono, 2008) Pada kenyataannya kondisi iklim tropis di Indonesia sering dianggap sebagai masalah.

Tidak tercapainya kenyamanan penghawaan dalam rumah tinggal, membuat berputus asa dalam mencari penyebabnya. Dan umumnya langsung dicarikan solusi atau dikatakan sebagai jalan pintas, dengan penggunaan alat pengkondisian udara atau air conditioner (AC). Prinsip kerja AC memang menurunkan suhu udara untuk penyegaran ruang. Prinsip kerja ini yang diakui dapat menjamin kenyamanan ruang. Namun apabila diperhatikan dengan seksama sebenarnya penggunaan AC adalah pemborosan energi yang berasal dari sumber daya yang tidak terbaharukan (non-renewable resources). Dan proses kerja AC akan menghasilkan zat emisi karbon CFC (klorofluorokarbon), yang akan membentuk efek rumah kaca dan merusak lapisan ozon. (Frick, 2006) Seluruh permukaan bangunan harus terlindungi dari sinar matahari secara langsung.

Dinding dapat dibayangi oleh pepohonan. Atap perlu diberi isolator panas atau penangkal panas. Langit-langit umum dipergunakan untuk mencegah panas dari atap merambat langsung ke bawahnya (Satwiko, 2005). Desain sadar energi (energy conscious design)merupakan salah satu paradigma arsitektur yang menekankan pada konservasi lingkungan global alami khususnya pelestarian energi yang bersumber dari bahan bakar tidak terbarukan (non renewable energy) dan yang mendorong pemanfaatan energi terbarukan(renewable energy). Dalam desain sadar energi mutlak diperlukan pemahaman kondisi dan potensi iklim setempat untuk mempertimbangkan keputusan-keputusan desain yang akan berdampak pada konsumsi energi baik pada tahap pembangunan maupun pada tahap operasional bangunan.

Pada skala lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju peningkatan suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di luar ruangan, untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu durasi penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari (Satwiko, 2003).

4. Konsep Hemat Energi Atau Sadar Energi

Sebaran penggunaan energi dalam rumah tinggal lebih banyak pada aspek fungsi penghawaan atau penyegaran udara dan aspek fungsi pencahayaan, sehingga kedua hal ini penting untuk menjadi fokus dalam pembahasan konsep penghematan energi ini. Pembahasan tentang penghematan energi ditekankan pada langkah ekologis, yaitu dengan menciptakan kesinambungan antara rumah tinggal dengan lingkungannya atau adanya interaksi dengan alam.

Di samping dua hal tersebut terdapat aspek penting lainnya untuk rumah tinggal, adalah pemanfaatan air sebagai sumber daya penunjang kualitas hidup, dengan sistem reduce, reuse, recycle. Sistim Surya Pasif (passive solar system) merupakan suatu teknik pemanfaatan energi surya secara langsung dalam bangunan tanpa atau seminimal mungkin menggunakan peralatan mekanis, melalui perancangan elemen elemen arsitektur (lantai, dinding, atap, langit langit, aksesoris bangunan) untuk tujuan kenyamanan manusia (mengatur sirkulasi udara alamiah, pengaturan temperatur dan kelembaban, kontrol radiasi matahari, penggunaan insulasi termal).

Pertukaran udara alami naiknya suhu dalam rumah menyebabkan panas dan hal ini sangat terkait dengan kondisi iklim mikro skala rumah dan kawasan sekitarnya. Untuk menurunkan suhu sekaligus memberikan kenyamanan penghawaan diperlukan aliran udara yang cukup. Prinsip aliran udara adalah adanya perbedaan suhu dan tekanan antara dua atau lebih space, baik space antar ruang maupun antara ruang dalam dan ruang luar. Oleh sebab itu perlu diciptakan bidang-bidang bangunan yang dapat membuat perbedaan suhu dan tekanan udara. Beberapa aplikasi konsep penyegaran udara adalah :

Ventilasi Atap

Angin akan mengalir dari suhu rendah menuju suhu yang lebih tinggi. Ruang bawah atap merupakan bagian yang menerima radiasi terbesar, sehingga memiliki suhu yang panas. Sebaiknya ruang bawah atap dilengkapi lubang ventilasi, sehingga akan menarik udara dari dalam ruang untuk dialirkan ke luar bangunan.

Melalui lubang ventilasi yang terletak di bagian atap, maka tekanan udara panas di dalam ruang akan tertarik dan terbuang ke luar melalui atap. Untuk mendapatkan efek cerobong (stack effect), maka menara angin dibuat dengan bentuk penutup menghadap arah datang angin, dan lebih baik lagi adanya void. Efek cerobong akan optimal bila rumah tinggal/bangunan memiliki plafon tinggi atau minimal dua lantai. Semakin tinggi plafon, maka semakin baik ventilasinya (aliran angin).

Teras dan teritisan

Teras berfungsi sebagai ruang peralihan antara ruang luar dan ruangdalam.Pada daerah beriklim panas, seperti di Indonesia, kehadiran teras dapat menciptakan iklim mikro yang memberikan kenyamanan di dalam bangunan dan sekitarnya. Hal ini disebabkan tekanan udara yang ada di halaman menjadi mengembang karena suhu yang panas, sementara itu teras merupakan daerah hisapan angin yang bertekanan lebih tinggi dan bersuhu lebih dingin. Perbedaan suhu dan tekanan menyebabkan udara mengalir, dari suhu dingin ke suhu yang lebih panas, atau dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Udara di dalam ruang akan tertarik ke luar dan segera berganti. Seperti juga teras, fungsi teritisan akan mendinginkan suhu udara lebih dulu, sebelum masuk ke dalam ruang. Semakin lebar teritisan, maka suhu ruangan akan semakin dingin.

Vegetasi Lingkungan

Vegetasi berfungsi sebagai climate regulator atau pengatur iklim (suhu, kelembaban dan laju angin), baik untuk lingkup tapak rumah tinggal maupun untuk skala kawasan. Penyediaan vegetasi yang sesungguhnya (terbukanya tapak untuk vegetasi) berarti juga penyediaan ruang terbuka hijau (RTH), yang berarti juga sebagai pengendali tata air. Ketersediaan ruang terbuka dan vegetasi akan menyuplai oksigen dan akan mengalirkannya ke dalam rumah, ditambah dengan adanya air (alternatif berbentuk kolam) yang akan menurunkan suhu udara yang panas. Oksigen dan suhu dingin mengalir ke dalam rumah dan akan memberikan kenyamanan. Vegetasi di atap rumah (greenroof) dapat menahan radiasi matahari, sehingga mengkondisikan ruang di bawahnya bersuhu lebih dingin. Unsur hijau yang diidentikkan dengan vegetasi ditunjukkan dengan menambahkan elemen-elemen penghijauan tidak hanya pada lansekap saja tetapi juga dalam bangunan, seperti pemberian roof garden, pemberian vegetasi rambat pada dinding bangunan dan lain sebagainya.

Pencahayaan alami

Tujuan dari pencahayaan adalah disamping mendapatkan kuantitas cahaya yang cukup sehingga tugas visual mudah dilakukan, juga u ntuk mendapatkan lingkungan visual yang menyenangkan atau mempunyai kualitas cah aya yang baik. Dalam pencahayaan alami, yang sangat mempengaruhi kualitas pencah ayaan adalah terjadinya penyilauan. Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila : pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat, terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu. Penyilauan adalah kondisi penglihatan dimana terdapat ketidaknyamanan atau pengurangan dalam kemampuan melihat suatu obyek, karena luminansi obyek yang terlalu besar, distribusi luminansi yang tidak merata atau terjadinya kontras yang berlebihan. Ada dua jenis penyilauan :

1) penyilauan yang menyebabkan ketidakmampuan melihat suatu obyek (disability glare),

2) penyilauan yang menyebabkan ketidaknyamanan melihat suatu obyek tanpa perlu menimbulkan ketidakmampuan melihat (discomfort glare). Prinsip pencahayaan alami adalah memanfaatkan cahaya matahari semaksimal mungkin dan mengurangi panas matahari semaksimal mungkin. Pemanfaatan cahaya alami jelas akan menghemat listrik.

Orientasi Bangunan

Orientasi bangunan bertujuan untuk mendapatkan kantong cahaya matahari (sun pocket), yaitu kondisi di mana cahaya matahari berada pada intensitas radiasi paling rendah, sesuai siklus terbit dan tenggelamnya, dan matahari memiliki sudut jatuh cahaya yang kecil. Dengan demikian area yang tercahayai akan lebih besar dan cahaya matahari tidak panas.

Orientasi bangunan terbaik adalah memiliki sudut kemiringan 20° terhadap sumbu barat-timur dengan bidang permukaan fasade terluas pada sumbu utara-selatan. Apabila kondisi ideal orientasi bangunan tidak memungkinkan, dapat dilakukan dengan memperluas bukaan untuk masuknya cahaya atau mengurangi pembatasan ruang, agar cahaya dapat memasuki ruang-ruang dalam. Bila diperlukan pembatas, maka gunakan material transparan Pemanfaatan material lokal Selubung bangunan yang memperoleh radiasi matahari terbesar adalah atap dan kemudian dinding. Agar penghematan energi dapat dilakukan, maka harus dihindari radiasi matahari yang optimal pada siang hari, karena akan meningkatkan suhu ruangan.

Pemanfaatan material alami dari vegetasi dapat didisain menyatu dengan konstruksi selubung bangunan. Belajar dari dusun Ngibikan yang mencoba memanfaatkan potensi lokal dengan memanfaatkan kayu dari batang kelapa, dan bambu.

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN



A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka diambil simpulan sebagai berikut:

Green building (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan) mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup-bangunan: mulai dari penentuan tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi pembongkaran, dan. Hal ini membutuhkan kerjasama yang erat dari tim desain, arsitek, insinyur, dan klien di semua tahapan proyek.

Energi matahari sebagai alternatif energi selain BBM & MIGAS dapat diterapkan dalam membangun rumah yang hemat energi dalam bentul panel surya untuk atap maupun dalam bentuk sel gratzel yang bisa digunakan sebagai jendela.

Tingginya biaya instalasi panel surya dapat diatasi jika ada kemauan dari pihak pemerintah misalnya dengan memberikan subsidi, sosialisasi besar-besaran mengenai keuntungan penggunaan sel surya, serta kemauan dari pihak industri bersama teknokrat untuk menciptakan sel surya yang murah dan efisien.

Pada skala lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju peningkatan suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di luar ruangan, untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu durasi penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari

Pemilihan material untuk membangun sebuah rumah juga akan berpengaruh terhadap efek keramah-tamahan lingkungan yang sedang gencar-gencarnya dikampanyekan. gunakanlah sumber daya yang bisa diperbarui. Sumber daya yang bisa diperbarui misalnya material bangunan dari kayu, bebatuan dan semacamnya yang pada umumnya adalah material alami yang banyak terdapat di lingkungan sekitar dan mudah untuk diperbarui kembali. Selanjutnya bisa menggunakan kembali material bangunan yang masih layak pakai, dan mengolah limbah atau material sisa bangunan untuk dapat dimanfaatkan kembali.

Perancangan rumah yang hemat energi dan ramah lingkungan harus memperhatikan aspek kecukupan cahaya, ventilasi, dan sanitasi.

Sebaran penggunaan energi dalam rumah tinggal lebih banyak pada aspek fungsi penghawaan atau penyegaran udara dan aspek fungsi pencahayaan, sehingga kedua hal ini penting untuk menjadi fokus dalam pembahasan konsep penghematan energi ini. Pembahasan tentang penghematan energi ditekankan pada langkah ekologis, yaitu dengan menciptakan kesinambungan antara rumah tinggal dengan lingkungannya atau adanya interaksi dengan alam.

Pemilihan bahan material untuk bangunan hendaknya juga memperhatikan aspek keberlanjutan dan ramah lingkungan.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan untuk dapat dilakukan selanjutnya sebagai berikut:

Perlunya kesadaran dari semua pihak untuk bersama-sama mengembangkan dan menerapkan penggunaan energi alternatif selain BBM & MIGAS.

Perlunya kesadaran dari tiap keluarga maupun pengembang/kontraktor agar memperhatikan aspek hemat energi dan ramah lingkungan ketika merancang sebuah rumah.



Daftar Pustaka



Abidin, Y. et al (2012). Kemampuan Menulis dan Berbicara Akademik. Bandung: Rizqy Press.

Sulistiyowati.(2009).Pengelolaan Bangunan Ramah Lingkungan.Jakarta: Kementrian Negara Lingkungan Hidup.

http://en.wikipedia.org/wiki/Green_building

Yefrichan. (2010) Jenis-Jenis Panel Sel Surya.[online]. Tersedia:http://yefrichan.wordpress.com/tag/teknologi-surya/page/7/ [20 Oktober 2012].

Hendai. (2011) jendela yang bekerja sebagai panel surya. [online]. Tersedia:http://hendai9.wordpress.com/category/uncategorized/page/3/ [20 Oktober 2012].

Ghini, I. (2009, 19, April) Konstruksi Bangunan Rumah Ramah Lingkungan. Kompas Forum [online]. Tersedia:http://forum.kompas.com/green-global-warming/18518-konstruksi-bangunan-umah-ramah-lingkungan-cyprus-house.html

Kresna. (2011) Bangunan Hijau (Green Building). [online]. Tersedia: http://newkidjoy.blogspot.com/2011/05/bangunan-hijau-green-building.html [20 Oktober 2012].

Lasera, A. (2012). “Rumah Hemat Energi dan Ramah Lingkungan”. Makalah Kompetisi Artikel Online 2012. Temanggung.

Munir, A. (2009) “Sains Arsitektur 2”. Makalah Peneilitian Pemasangan Green Panel Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Jawa Timur